Penindasan Jati Diri Manusia - Makalah Penelitian Sosiologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masa sekolah adalah masa dimana anak-anak menikmati indahnya memiliki banyak teman yang dapat mengerti mereka dengan baik. Selain itu, di sekolahlah tempat cerita atau curhat mengenai keluh kesah seorang remaja pada kawan-kawan sebayanya, karena  sekolah saat ini merupakan rumah kedua bagi siswa setelah rumah keluarga.
 Selain itu, dimasa sekolahlah  anak-anak ditanamkan pendidikan karakter yang dapat membantu mereka dalam bersosialisasi dengan yang lain. Bersosialisasi dengan teman-teman yang lain sehingga mendapat banyak teman yang satu arah dan satu cara pemikirannya.
Namun, pada kenyatannya sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, sebaliknya kini telah berubah menjadi jauh dari kata nyaman. Kekerasan atau penindasan jati diri manusia telah terjadi dikalangan anak-anak sekolah. Sebagai contohnya, kasus Cipong (kelas 1 SD) yang penah dikurung di toilet sekolah oleh kawannya, Angga (kelas 3 SD) yang selalu dijauhi kawan-kawannya jika ingin jajan di kantin. Menurut penelitian bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia telah mengalami penindasan jati diri baik di sekolah, di rumah, maupun online. Begitupun sebaliknya, satu dari tiga anak di dunia telah melakukan penindasan jati diri manusia. (dikutip dari buku Lets End Bullying hal 1). Untuk itu, perlu diadakan penelitian tentang penindasan jati diri manusia yang marak terjadi pada anak sekolah. Hal itulah alasan mengapa kami memilih judul Penindasan Jati Diri Manusia pada kegiatan penelitian kali ini. Kami memilih lokasi di SMA Negeri 1 Sukoharjo sebagai tempat penelitian dikarenakan sebagaimana jika dilihat dari luar di SMA Negeri 1 Sukoharjo tidak mungkin terjadi penindasan jati diri manusia, namun, bagaimana jika hal tersebut terjadi di SMA Negeri 1 Sukoharjo terjadi hal tersebut, dan ini menjadi bahan materi penelitian kali ini.


B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Apa kaitan antara penindasan jati diri manusia dengan kenakalan remaja yang ada di SMA Negeri 1 Sukoharjo?
2.      Apakah dampak dari penindasan jati diri manusia yang ada di SMA Negeri 1 Sukoharjo?
3.      Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya penindasan jati diri manusia yang ada di SMA Negeri 1 Sukoharjo?
4.      Bagaimana cara mencegah dan mengatasi terjadinya penindasan jati diri manusia yang ada di SMA Negeri 1 Sukoharjo?

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.
1.      Mengetahui kaitan antara penindasan jati diri manusia dengan kenakalan remaja.
2.      Mengetahui dampak penindasan jati diri manusia.
3.      Mengetahui faktor-faktor mengapa penindasan jati diri manusia dapat terjadi dikalangan anak sekolah.
4.      Mengetahui cara mencegah dan mengatasi terjadinya penindasan jati diri manusia.
D.    Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun praktis.
1.      Manfaat Teoritis
a.       Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam kajian ilmu Sosiologi dan Penyimpangan Sosial.
b.      Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian ini.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Guru BK dan Sekolah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan masukan bagi para guru kelas maupun guru konseling berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi perilaku penindasan jati diri manusia sehingga dapat melakukan intervensi secara tepat dalam upaya mencegah dan memberikan treatment pada anak yang memiliki perilaku penindasan.
b.      Bagi Siswa
Sebagai bahan masukan bagi pelajar, bahwa penindasan jati diri manusia adalah tindakan merugikan yang harus dijauhi dan pintar-pintarlah dalam memilih teman.
c.       Bagi Orangtua
Dapat menjadi masukan bagi orangtua hendaknya lebih memperhatikan bagaimana dan dengan siapa anaknya bergaul agar anak terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak diinginkan seperti misalnya perilaku penindasan.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Penindasan
Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) merupakan suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya (Olweus, 2006). Jati diri adalah  Menurut American Psychiatric Association (APA) (dalam Stein dkk., 2006), penindasan jati diri manusia adalah perilaku agresif yang dikarakteristikkan dengan 3 kondisi yaitu (a) perilaku negative yang bertujuan untuk merusak atau membahayakan (b) perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu (c) adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat.
Menurut Coloroso (2007), bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik maupun emosional. Rigby (dalam Astuti, 2008), menyatakan bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, terdapat kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korbannya, serta bertujuan untuk menyakiti dan menimbulkan rasa tertekan bagi korbannya.
B.     Penegertian Jati Diri
Sedangkan jati diri atau kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku (Theodore R Newcombe). Menurut Koentjaraningrat, Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsukuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup didunia ini. Kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. ( http://www.lintasjari.com/7648/pengertian-kepribadian-menurut-para-ahli/ )


C.    Pengertian Penindasan Jati Diri
Penindasan terhadap jati diri manusia adalah tindakan mengintimidasi pihak yang lemah dengan melukai sifat aslinya. Kekerasan yang ditunjukan dengan melukai sifat aslinya.
D.    Kaitan Kenakalan Remaja dengan Penindasan
Kenakalan remaja adalah tindakan kriminal (sesuai dengan hukum setempat) yang dilakukan remaja kurang dari 17 atau 18 tahun.  Batasan kenakalan remaja dan gangguan tingkah laku keduanya sama yang meliputi berbagai neuropsikiatri hanya saja istilah kenakalan remaja lebih memfokuskan pada batasan hukum dibandingkan dengan batasan medis. (dikutip dari buku Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya hal 242).
`           Anak yang menjadi korban kekerasan atau penindasan jati diri manusia maupun menyaksikan kekerasan atau penindasan jati diri manusia  akan mempengaruhi fungsi kognitif dan terjadi distorsi pada memorinya. Kemarahan akan tertahan pada dirinya, kenakalan mempengaruhi struktur kepribadiannya, sulit mengontrol perilakunya serta beresiko tinggi melakukan tindak kekerasan pula. (dikutip dari buku Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya hal 249).
E.     Bentuk-Bentuk Penindasan
1.      Penindasan Fisik
Tindakan penindasan dengan kontak secara fisik yang menimbulkan perasaan sakit fisik, luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya. Contohnya memukul, menampar, atau menendang orang lain.
2.      Penindasan Psikologis
Tindakan penindasan yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga menimbulkan kegalauan/gusar.
F.     Faktor-Faktor Terjadinya Penindasan
1.      Faktor Internal
Secara internal, memang setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan penyataan diri dan aggressiveness dalam dirinya, hanya kapasitasnya saja yang berbeda-beda. Perilaku bully dapat terjadi bila kemudian faktor internal ini distimuli oleh faktor-faktor eksternal.
Pada Workshop Nasional Anti-bullying 2008 diungkapkan bahwa salah satu penyebab seseorang menjadi pelaku bullying adalah adanya harga diri yang rendah. Harga diri adalah penilaian yang dibuat seseorang dan biasanya tetap tentang dirinya. Hal itu menyatakan sikap menyetujui atau tidak menyetujui, dan menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu, berarti, sukses dan berharga.
Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan anak ditengarai disebabkan oleh minimnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif. Sikap saling menghargai, menolong, berempati, jujur, lemah lembut dan sebagainya tidak jarang hilang dari pribadi anak. Sebaliknya, mereka justru akrab dengan hal-hal yang negatif seperti kekerasan, kebohongan, licik, egois dan sebagainya.
Fase perkembangan pemahaman moral anak terdiri dari 6 fase dan tingkatan itu tidak berkorelasi dengan meningkatnya usia seseorang. Seorang anak yang memiliki pemahaman moral yang tinggi, maka kecenderungan melakukan tindakan yang melanggar norma seperti mengejek, memukul, menendang temannya lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman moral bahwa hal-hal tersebut merupakan tindakan yang tidak baik dan melanggar moral. Semakin seorang individu memiliki tingkat pemahaman moral yang tinggi akan mengurangi perilaku menyimpangnya.
Harga diri yang rendah dan pemahaman moral anak yang rendah memunculkan perilaku bullying. Anak yang melakukan bullying pada temannya karena anak ingin mendapatkan perhargaan dari temannya dan anak belum memahami suatu perbuatan  benar atau salah berdasarkan norma moral.

2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang umumnya paling mempengaruhi adalah keluarga, lingkungan dan jenis tontonan. Anak berperilaku bullying itu biasanya datang dari beberapa macam keluarga. Pertama, keluarga yang sangat memanjakan anak. Apa pun keinginan anak dituruti, sehingga anak merasa powerful dan bisa mengatur orang lain. Hal ini terekam hingga pada waktu sekolah atau bergaul pun anak mencari teman-temannya yang bisa ditindas atau dimanfaatkan. Dalam hal ini kasusnya adalah anak menjadi over-confident atau terlalu percaya diri.
Perilaku bullying juga bisa muncul pada anak-anak yang kurang percaya diri. Hal ini bisa datang dari keluarga yang terlihat baik-baik saja, tidak ada masalah, tapi kenyataannya banyak kebutuhan-kebutuhan emosional yang tidak didapat oleh si anak, seperti perasaan disayang, diperhatikan, juga rasa dihargai. Biasanya terjadi pada keluarga yang tidak berfungsi atau broken home dimana anak memang kurang perhatian. Akibatnya anak memiliki self esteem dan self confident rendah, konsep dirinya pun negative.
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi anak untuk berperilaku bully melalui berbagai cara. Yang pertama anak bisa meniru perilaku buruk yang dilihat dari lingkungannya yaitu baik di lingkungan rumah (perilaku kedua orang tuanya) ataupun lingkungan sekolah (perilaku yang berasal dari teman-temannya). Selain itu lingkungan juga dapat memberikan penguatan atau reinforcement pada anak untuk bersikap bully. Bukan hanya itu, sebenarnya lingkungan yang mengabaikan atau mentolerir sikap bully anak juga dapat menjadi penguat.Guru atau orangtua yang tidak berbuat apa-apa akan membuat anak merasa bahwa tindakannya tidak salah.
Stimulan lainnya dari luar anak bisa datang dari jenis tontonannya. Serupa dengan contoh dari lingkungan, anak juga memiliki kecenderungan mengimitasi apa yang dilihatnya dari tayangan yang ditonton. Sekali lagi orangtua berperan penting untuk benar-benar mengawasi segala tontonan anak, baik di televisi, games, film bioskop, internet dan lain sebagainya.
G.    Dampak-Dampak Penindasan
1.      Dampak Negatif
·         Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur.
·         Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot.
·         Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.
·         Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
·         Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.
2.      Dampak Positif
·         Lebih kuat dan tegar menghadapi masalah.
·         Termotivasi untuk menunjukkan potensinya agar tidak direndahkan lagi.
·         Termotivasi untuk berintrospeksi diri sendiri.
BAB 3
METODOLOGI

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tanggal penelitian mulai dilakukan mulai tanggal 18 Februari 2018 sampai tanggal 26 Februari 2018. Penelitian akan dilakukan di lingkungan SMA Negeri 1 Sukoharjo dan menggunakan halaman sekolah sebagai tempatnya.
Laporan Kegiatan
No.
Waktu
Kegiatan
Tempat
1.
17 Januari 2018
Perencanaan
SMA N 1 Sukoharjo
2.
24 Januari 2018
Penyusunan BAB 1 dan BAB 2
Perpustakaan Monumen Pers Surakarta
3.
27 Januari 2018
Penyusunan BAB 1 dan BAB 2
Perpustakaan Kota Surakarta
4.
10 Februari 2018
Penyusunan BAB 1 dan BAB 2
Perpustakaan Kota Surakarta
5.
14 Februari 2018
Wawancara responden siswa
SMA N 1 Sukoharjo
6.
21 Februari 2018
Wawancara responden siswa
SMA N 1 Sukoharjo
7.
28 Februari 2018
Wawancara responden guru
SMA N 1 Sukoharjo
8.
15 Maret 2018
Penyusunan BAB 3
SMA N 1 Sukoharjo
9.
29 Maret 2018
Penyusunan BAB 4
SMA N 1 Sukoharjo
10.
12 April 2018
Revisi BAB 1 sampai BAB 3
SMA N 1 Sukoharjo
11.
19 April 2018
Revisi BAB 1 sampai BAB 3
SMA N 1 Sukoharjo

B.     Penelitian Kualitatif
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
C.    Metode Pengumpulan Data
1.                  Pengertian Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah antara lain:
a.       Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.
b.      Responden selalu menjawab pertanyaan.
c.       Pewawancara selalu bertanya.
d.      Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.
e.       Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahuibahwa Tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para kolektor data memeang telah memperoleh data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan sejumlah sample subjek tertentu.
Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab”
Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaaa, dan situasi wawancara.
Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki mencatatnya. Bila semua tugas ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka hasil wawancara menjadi kurang bermutu. Syarat menjadi pewawancara yang baik ialah ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut untuk menyampaikan pertanyaan.
Demikian pula responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawabnya dengan baik. (http://merlitafutriana0.blogspot.co.id/p/wawancara.html )
Macam macam wawancara :
a.       Wawancara Tertutup
Wawancara tertutup adalah sebuah kegiatan wawancara yang dilakukan dengan cara tertutup. Pewawancara harus menjaga atau merahasiakan nama maupun informasi mengenai narasumbernya dengan cara memalsukan atau memberi inisial nama narasumber. Wawancara tertutup ini bisa juga diartikan sebagai wawancara yang pertanyaan – pertanyaannya terbatas dan telah tersedia jawbannya yang berupa pilihan. Contohnya adalah wawancara yang menggunakan lembar questionnaire.



b.      Wawancara terbuka
Wawancara ini bertolak belakang dengan jenis wawancara tertutup, yaitu wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan informasi mengenai narasumbernya dan juga memiliki pertanyaan – pertanyaan yang tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya. Contohnya adalah wawancara yang meminta narasumber untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai suatu hal.

c.       Wawancara konferensi
Wawancara konferensi adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara dengan sejumlah narasumber dan sebaliknya. Contohnya adalah wawancara yang dilakukan di acara – acara televisi atau talk show, wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara kepada sejumlah narasumber di acara formal atu diskusi publik, dan Wawancara jarak jauh (teleconference) yang banyak dilakukan di acara – acara berita.

d.      Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan oleh sejumlah pewawancara kepada narasumber dan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Hal ini hampir sama dengan wawancara konferensi, tetapi pada wawancara kelompok pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh setiap pewawancara berbeda – beda. Contohnya adalah wawancara kepada seorang artis, pejabat, atau group band yang berprestasi atau sedang terkena skandal.

e.       Wawancara Individual
Wawancara Individual adalah wawancara yang dilakukan oleh seorang wawancara dengan seorang narasumber. Wawancara ini disebut juga dengan wawancara perorangan. Contohnya adalah wawancara yang dilakukan oleh wartawan dalam mencari berita.

f.        Wawancara Terpimpin
Wawancara ini disebut juga dengan wawancara terstruktur. Wawancara jenis ini biasanya menggunakan beberapa pertanyaan yang telah disiapakan sebelumnya baik oleh pewawancara maupun narasumbernya. Contohnya adalah wawancara yang sering terjadi di acara – acara talk show bertemakan khsusus kepada narasumber seperti dokter, polisi, guru, dan lain – lain.

g.      Wawancara Bebas
Wawancara bebas adalah jenis wawancara yang pertanyaannya tidak dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain wawancara ini terjadi spontan bergantung dengan suasana dan keadaan ketika kegiatan wawancara berlangsung. Wawancara ini sering disebut juga dengan wawancara tidak berstruktur.
            Pada penelitian kali ini, kami memilih wawancara terbuka sebagai metode penelitian kami, yaitu wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan informasi mengenai narasumbernya dan juga memiliki pertanyaan – pertanyaan yang tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya.
2.      Pengertian Observasi
a.       Observasi partisipatif
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Observasi ini digolongkan menjadi partisipasi pasif, partisipasi moderet, observasi yang terus terang atau tersamar, dan observasi lengkap.
b.      Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c.       Observasi tak berstruktur
Observasi ini dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas.
Observasi bermanfaat agar peneliti memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, mendapatkan pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara, menemukan hal-hal diluar persepsi responden, memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti. Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas, space, obyek, act, event, time, goal, dan feeling. Tahapan observasi yaitu
Observasi deskriptif dilakukan saat memasuki situasi sosial sebagai obyek penelitian.
D.    Subjek dan Objek
Subjek adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai hasil penelitian. Subjek dalam penelitian kali ini adalah siswa SMA N 1 Sukoharjo.
Objek penelitian adalah keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Objek dari penelitian ini adalah penindasan jati diri manusia.
E.     Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2002:108). Populasi adalah kelseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam.2003). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswiSMA N 1 Sukoharjo.
Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo.2005:79). Sampel dari penelitian ini adalah 2 orang kelas XI dan 1 orang  kelas  X. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.
F.     Variable Operasi Penelitian
Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Variabel Bebas      : penindasan jati diri manusia.
2.      Variabel Terikat    : -
3.      Variabel Kontrol   : -



G.    Hasil Pengumpulan Data
Daftar pertanyaan
1.      Responden siswa :
a.       Apakah anda pernah menjadi korban bullying ?
b.      Apa yang anda rasakan setelah menjadi korban atau pelaku bullying ?
c.       Apakah tindakan bullying berdampak pada kegiatan belajar anda ?
d.      Apakah anda membutuhkan peran orang lain untuk meringankan tekanan pada diri anda ?
2.      Responden Guru BK :
a.       Apakah pendapat bapak/ ibu tentang bullying ?
b.      Apakah bapak/ ibu pernah menangani masalah bullying khususnya di SMA N 1 SUKOHARJO.
c.       Menurut pendapat bapak/ ibu  apa dampak bullying bagi kehidupan sosial korban bullying ?
d.      Menurut pendapat bapak/ ibu cara mengatasi tindakan bullying?
e.        Menurut pendapat bapak/ ibu apa dampak positif maupun negative bagi pelaku maupun korban ?
f.        Menurut pendapat bapak/ ibu bagaimana cara mencegah terjadinya bullying ?





BAB 4
PEMBAHASAN
A.    Dekripsi Wilayah
Dilihat dari namanya, mungkin nama SMA Negeri 1 Sukoharjo belum setenar SMA Negeri 1 Surakarta atau SMA Negeri 3 Surakarta di wilayah eks-karesidenan Surakarta. Namun, bagaimanapun kualitas SMA Negeri 1 Sukoharjo tidak kalah dari SMA-SMA unggulan tersebut. Di wilayah Kabupate Sukoharjo sendiri, SMA Negeri 1 Sukoharjo masih menjadi yang terbaik dan menjadi primadona. Tidak sedikit orang tua yang menaruh harap agar putra-putrinya setelah kelulusan tingkat menengah pertama dapat melanjutkan studinya di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Karena selain kualitasnya sudah terbukti, biaya sekolah pun relatif lebih murah dibanding dengan SMA unggulan lain. Meskipun demikian, sarana dan prasarana pembelajaran bukan berarti tertinggal, bahkan semakin hari penyempurnaan sarana dan prasarana serta kualitas non fisik semakin ditingkatkan.
Sejarah
SMA Negeri 1 Sukoharjo bertempat di Jalan Pemuda 38, Kelurahan Jetis, Kabupaten Sukoharjo. SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas swadaya masyarakat Sukoharjo yang pada waktu itu diprakarsai oleh Bp. Wandyo Pranoto, Bupati Sukoharjo tahun 1962 dengan pengumpulan biji kelapa tua. Biji kelapa tua tersebut dijual dan uang hasil penjualannya digunakan untuk membeli tanah seluas 19166 meter persegi yang pada waktu itu masih berupa persawahan.
Pada tahun 1962 SMA Negeri 1 Sukoharjo telah menerima murid sebanyak tiga kelas, namun karena pembangunan gedung belum dimulai, proses belajar mengajar dilaksanakan di rumah Bp. Djiwo di Desa Jetis, Sukoharjo. Kelas ini pun merupakan kelas fillial dari SMA Negeri1 Surakarta yang ada waktu itu dipimpin oleh Bp. R. Supamdam. Baru selanjutnya dinegerikan dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal : 25 Juli 1963 No. 59/K/B/III.
Tahap awal pembangunan gedung SMA Negeri 1 Sukoharjo hanya tiga kelas. Kemudian mendapat bantuan dari DEPDIKBUD dalam pembangunan gedung hingga mencapai 27 kelas dan selebihnya dari bantuan BP3. Sebagai kepala sekolah pertama adalah Bp. Kerto Hadisubroto.
SMA Negeri 1 Sukoharjo telah mengalami banyak perkembangan hingga saat ini dipimpin oleh Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd dan tetap mempertahankan akreditasi A.
Visi dari SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah :
” Terwujudnya sekolah yang unggul di bidang IMTAQ dan IPTEK “
untuk mewujudkan visi tersebut SMA Negeri 1 Sukoharjo mempunyai misi :
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Menumbuh kembangkan semanggat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
3. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal.
4. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK.
5. Meningkatkan prestasi dalam bidang ektrakulikuler yang senantiasa berakar pada system nilai, adat istiadat, agama dan budaya masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar.
6. Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

B.     Keterkaitan antara Penindasan Jati Diri Manusia dengan Gangguan Tingkah Laku Kenakalan Remaja
Menurut DSM IV gangguan tingkah laku adalah pola perilaku berulang dan menetap, dimana perilaku tersebut melanggar norma social atau aturan-aturan yang sesuai dengan umurnya atau menyimpang dari kebenaran. (dikutip dari buku Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya hal 241)
Kenakalan remaja adalah tindakan kriminal (sesuai dengan hukum setempat) yang dilakukan remaja kurang dari 17 atau 18 tahun.  Batasan kenakalan remaja dan gangguan tingkah laku keduanya sama yang meliputi berbagai neuropsikiatri hanya saja istilah kenakalan remaja lebih memfokuskan pada batasan hukum dibandingkan dengan batasan medis. (dikutip dari buku Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya hal 242).
Anak yang menjadi korban kekerasan atau penindasan jati diri manusia maupun menyaksikan kekerasan atau penindasan jati diri manusia  akan mempengaruhi fungsi kognitif dan terjadi distorsi pada memorinya. Kemarahan akan tertahan pada dirinya, kenakalan mempengaruhi struktur kepribadiannya, sulit mengontrol perilakunya serta beresiko tinggi melakukan tindak kekerasan pula. (dikutip dari buku Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya hal 249).\
Hasil dari penelitian kami setelah melakukan wawancara kepada sebagian siswa-siswi SMA N 1 Sukoharjo ternyata sebagian dari pelaku bullying adalah korban dari bullying dulu, kemudian melampiaskan rasa tertekanya kepada rekan yang berpotensi menjadi korban bullying yaitu dengan membully nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan  tindakan bullying berawal dari pengalaman si pelaku yang menjadi korban bullying di masa lalu dan tindakan tersebut adalah salah satu contoh tindak kenakalan remaja yang terjadi di SMA N 1 Sukoharjo.  (dari hasil wawancara kepada responden siswa)

C.    Dampak dari Tindak Penindasan Jati Diri Manusia terhadap Korban maupun Pelaku
·         Anak yang mengalami trauma dengan kekerasan atau penindasan jati diri ini juga sulit untuk mengerjakan tugas-tugasnya seperti gangguan belajar, bersosialisasi, dan melihat masa depannya. Anak yang biasanya menjadi korban juga dapat bertindak kekerasan atau menindas jati diri manusia. (dikutip dari buku Pertumbuhan dan Permasalahan Remaja hal 242).
·         Anak yang menjadi korban penindasan jati diri juga dapat mengalami gangguan tingkah laku, gangguan tingkah laku ini didasari pada tindak kekerasan secara berulang. (dikutip dari buku Pertumbuhan dan Gangguan Masalah pada Remaja.)
·         Dari hasil penelitian kepada responden siswa didapati hasil bahwa tindakan bullying berpengaruh pada kegiatan  belajar siswa sehingga akan menurunkan prestasi siswa di sekolah. Selain itu, tindakan bullying juga berpengaruh pada hubungan sosial dengan  teman-teman dan masyarakat di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan gangguan psikis pada siswa yang menjadi korban. Yang mengakibatkan siswa itu menjadi mengasingkan diri dari masyarakat bahkan mungkin dimasa yang akan datang dia akan menjadi pelaku bullying untuk membalaskan rasa dendam nya di masa lalu.( dari hasil wawancara dengan Guru BK)

D.    Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penindasan Jati Diri Manusia.
Dalam banyak kasus, tahun-tahun perkembangan si penindas dirusak oleh contoh buruk orang tua atau sama sekali diabaikan orang tua. Banyak penindas berasal dari rumah tangga yang orang tuanya dingin, atau masa bodoh, atau, pada dasarnya, mengajar anak-anak mereka untuk menggunakan amarah dan kekerasan guna mengatasi problem. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin tidak menganggap serangan verbal atau agresi fisik mereka sebagai penindasan; mereka mungkin malah mengira bahwa perilaku mereka normal dan berterima.
Seorang gadis berusia 16 tahun yang telah ditindas di rumah oleh ayah tirinya dan di sekolah oleh sesama siswa mengatakan bahwa dia menjadi seorang penindas sewaktu di SMP kelas 1. Ia mengakui, ”Pada dasarnya, ada begitu banyak rasa marah yang tertimbun dalam diri saya; saya menindas setiap orang dan siapa saja. Perasaan sakit memiliki dampak yang besar. Sekali Anda merasakan sakit itu, Anda ingin melampiaskannya kepada orang lain.” Meskipun agresi fisik mungkin bukan ciri khas gadis penganiaya, tetapi kemarahan di balik tindakannya tetap merupakan ciri khasnya.*
Banyak sekolah memiliki sejumlah besar siswa dari berbagai latar belakang, yang telah dibesarkan dengan cara yang sangat bervariasi. Sungguh menyedihkan, beberapa anak bersikap agresif karena mereka telah diajar di rumah bahwa mengintimidasi dan mengumpat orang lain adalah cara terbaik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sayangnya, metode semacam itu sering kali berhasil. Shelley Hymel, anggota dekan pendidikan di University of British Columbia, Kanada, telah meneliti perilaku anak selama dua dekade. Ia mengatakan, ”Ada anak-anak yang mencari tahu cara mendapatkan apa yang mereka inginkan dan sayangnya, penindasan ternyata efektif. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan​, mereka mendapat kekuasaan, status, dan perhatian.”
Faktor lain yang turut menyebarluaskan penindasan ialah kurangnya pengawasan. Banyak korban merasa bahwa mereka tidak punya tempat untuk meminta pertolongan​, dan tragisnya, dalam kebanyakan kasus, begitulah keadaannya. Debra Pepler, direktur Pusat Riset LaMarsh atas Kekerasan dan Penuntasan Konflik di York University, Toronto, meneliti para siswa dalam suasana halaman sekolah dan mendapati bahwa hanya sekitar 4 persen insiden penindasan yang dideteksi dan dihentikan para guru.
Namun, Dr. Pepler yakin bahwa intervensi adalah tindakan yang krusial. Ia mengatakan, ”Anak-anak tidak sanggup mengatasi problem karena ini adalah soal kekuasaan, dan setiap kali seorang penindas mengganggu seseorang, kekuasaan si penindas pun bertambah.”
E.     Cara Mencegah Dan Mengatasi Penindasan Jati Diri Manusia
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan progam bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun intelektual. Ada bebarapa alasan kenapa sekolah memegang peranan penting dalam meminimalisir tindak penindasan yang terjadi di sekolah,
1.      Sekolah memberikan kesempatan anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistis,
2.      Anak-anak menghabiskan banyak waktu di sekolah,
3.      Sekolah memberi pengaruh pada anak seiring perkembangan dirinya. (dikutip dari buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja hal 95)
4.      Ciptakan kesan bahwa kerjasama dalam suatu kelompok dapat menghilangkan adanya penindasan/kekerasan (dikutip dari buku Prasangka dan Konflik, Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S hal 295)
5.      Keluarga menjadi alat pengendali bagi anak agar anak tidak melakukan tindakan yang tidak diharapkan (penindasan jati diri manusia). (dikutip dari buku Pergaulan, M.A.W Brouwer hal  39)
6.      Untuk meminimalisir anak agar tidak trauma dengan tindakan penindasan perlu adanya perlindungan hukum. Seperti yang terdapat pada UU No. 23 Tahun 2000 tentang perlindungan anak. (dikutip dari buku Saat Menuai Kejahatan, Yesmil Anwar hal 132)
Dapat disimpulkan bahwa meskipun SMA Negeri 1 Sukoharjo merupakan sekolah rujukan dan memiliki akreditas A, akan tetapi masih banyak terjadi tindakan penindasan jati diri manusia yang membawa banyak dampak negatif bagi korban.



















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menjadi sekolah rujukan dan  memiliki akreditasi A belum bisa menjamin tidak adanya tindakan penindasan jati diri manusia di sekolah tersebut, salah satunya SMA Negeri 1 Sukoharjo. Tindakan penindasan jati diri manusia sangat berdampak negatif bagi korban di segala aspek  dan tidak ada dampak positifnya sama sekali. Penindasan tidak dapat dihindari dari kehidupan ini, karena penindasan merupakan salah satu bentuk dari konflik dan konflik tidak akan bisa lepas dari kehidupan suatu kelompok.
B.     Saran
                   Untuk menghindari terjadinya tindakan penindasan jati diri manusia di lingkungan sekolah khususnya SMA Negeri 1 Sukoharjo.




















DAFTAR PUSTAKA
https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102003602





No.
Daftar Pertanyaan
Jawaban
1.
Apakah pendapat bapak/ ibu tentang penindasan jati diri manusia ?
Jadi penindasan jati diri manusia merupakan tindakan bullying yang paling parah karena tindakan tersebut sudah menyerang psikis seseorang.
2.
Apakah bapak/ ibu pernah menangani masalah bullying khususnya di SMA N 1 SUKOHARJO.
Pernah, ada seorang siswa merasa bahwa dirinya tidak dianggap dikelasnya. Dia selalu di bully oleh teman sekelasnya. Akhirnya dia selalu merasa minder pada teman- temannya dia menganggap bahwa dirinya tidak bisa melakuakan apa- apa di kelas.
3.
Apa dampak bullying bagi kehidupan sosial korban bullying ?
Dia akan selalu mencari alasan  agar dia dapat tidak masuk kelas.
4.
Menurut pendapat bapak/ ibu cara mengatasi tindakan bullying?
Dicari tahu akar permasalahannya terlebih dahulu. Siapa yang membully di dan kenapa?. Setelah itu diadakanlah mediasi antara korban dan pelaku.
5.
Menurut pendapat bapak/ ibu apa dampak positif maupun negative bagi korban ?
Menurunnya rasa percaya diri, jika pada awalnya dia ceria dia akan menjadi orang murung, menarik diri dari lingkungan. 
6.
Menurut pendapat bapak/ ibu bagaimana cara mencegah terjadinya bullying ?
Dengan diadakanya PLS ( Pengelnalan lingkungan sekolah ) yang bertujuan menambah keakraban diantara siswa serta untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan satu dengan yang lainnya. 

No
Responden
Jawaban
1.
Anonim 1
a.       Pernah, pihak anonim 1 memiliki kulit hitam yang membuat beberapa temannya mengejeknya .
b.      Terkucilkan dan tertekan.
c.       Sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar, mendapat bullying mengakibatkan turunnya prestasi pihak anonim 1.
d.      Butuh orang lain untuk melampiaskan, setelah mealmpiaskan rasanya lega.
2.
Anonim 2
a.       Pernah, pihak anonim 2 mendapat tindakan bullying karena dia lebih pendek dari temannya. 
b.      Sering merasa marah kepada pembully dan dia merasa dikucilkan.  
c.       Berpengaruh sedikit.
d.      Butuh pelampiasan yaitu dengan membully orang lain
3.
Anonim 3
a.       Pernah, pada saat SD kulitnya hitam sehingga dia mendapat bully-an dari temannya.
b.      Merasa kesal dan marah kepada orang yang membully-nya.
c.       Tidak berpengaruh
d.      Butuh pelampiasan yaitu dengan membully orang lain.



Komentar

Postingan Populer