Pengaruh Cap Labeling berbasis Hasil Tes Kepribadian MBTI terhadap Psikologis Manusia - Artikel Ilmiah
Pengaruh
Cap Labeling berbasis Hasil Tes Kepribadian MBTI terhadap Psikologis Manusia
Galuh
Dewandaru Al Amanah
Program
Studi S1 Manajemen
Universitas
Jember
Email
:
ABSTRAK
Akhir-akhir ini tenar tentang tes
kepribadian MBTI yang tentu hasil akhirnya menjadi mengkotak-kotakkan manusia.
Padahal hasil dari tes tersebut belum tentu 100% benar. Buktinya sampai
sekarang masih banyak orang yang menentang tes kepribadian MBTI dan memang
seringkali terjadi kesalahan di dalam hasil tes MBTI. Hal ini secara tidak
langsung maupun secara langsung berpengaruh terhadap kondisi psikologis manusia
entah itu bersifat positif maupun negatif. Walau begitu kebanyakan memang lebih
condong ke pengaruh negatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa saja
pengaruh dari hasil tes kepribadian Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Selain
itu, untuk mengetahui solusi dari pengaruh-pengaruh negatif hasil tes
kepribadian MBTI.
Pengumpulan data dilakukan dengan
berbagai metode antar lain : studi kepustakaan, metode interview, dan browsing.
Hasil penelitian ini berupa solusi dari pengaruh negatif cap labeling berbasis
hasil tes kepribadian MBTI terhadap psikologis manusia.
Kata
Kunci : Tes Kepribadian MBTI, Cap Labeling, Psikologis Manusia
Effect of Labelling Stamp based on MBTI Personality Test Results on Human Psychological
ABSTRACT
These days, the popularity of the MBTI personality test, of course, the end result is making people into compartments. Though the results of these tests are not necessarily 100% correct. The proof is that until now there are still many people who oppose the MBTI personality test and indeed there are often errors in the MBTI test results. This matter indirectly or directly influences the condition of human psychological whether it is positive or negative. Even so, most are more inclined to negative influences. The purpose of this study was to determine what are the effects of the Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) personality test results. In addition, to find out solutions to the negative effects of MBTI personality test results.
Data collection was carried out by various methods including : literature study, interview methods, and browsing. The results of this study are in the form of a solution of the negative influence of labelling based on the results of MBTI personality tests on human psychological.
Keywords : MBTI Personality Test, Labelling Stamp, Human Psychological
1. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini tenar
tentang tes kepribadian MBTI yang tentu hasil akhirnya menjadi mengkotak-kotakkan
manusia. Padahal hasil dari tes tersebut belum tentu 100% benar. Buktinya
sampai sekarang masih banyak orang yang menentang tes kepribadian MBTI dan
memang seringkali terjadi kesalahan di dalam hasil tes MBTI. Hal ini secara
tidak langsung maupun secara langsung berpengaruh terhadap kondisi psikologis
manusia entah itu bersifat positif maupun negatif. Walau begitu kebanyakan
memang lebih condong ke pengaruh negatif. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui apa saja pengaruh dari hasil tes kepribadian Myers-Briggs Type
Indicator (MBTI). Selain itu, untuk mengetahui solusi dari pengaruh-pengaruh
negatif hasil tes kepribadian MBTI.
Meski
tes kepribadian MBTI populer, tes paling populer ini sebenarnya tidak mendapat
dukungan kuat dari kalangan pakar psikologi dan psikiatri. Hal ini karena MBTI
lahir sebelum perkembangan psikologi modern yang menggunakan metode ilmiah dan
MBTI tidak memiliki dasar teori yang didukung bukti ilmiah. "Dalam ilmu
sosial, kita menggunakan empat standar, yaitu apakah kategori ini bisa
diandalkan, valid, independen, dan komprehensif. Sayangnya, jawaban untuk MBTI
atas kategori ini secara berturut-turut adalah tidak terlalu, tidak, tidak, dan
tidak juga," ujar Adam Grant, profesor ilmu psikologi University of
Pennsylvania, dilansir Live Science.
Permasalahan
lain dari MBTI adalah hasil asesmen kepribadian yang tidak konstan, di mana
individu yang sama dapat memiliki hasil kepribadian yang berbeda jika mengambil
tes beberapa kali. Selain itu, aplikasi dari hasil tes MBTI di dunia nyata juga
diragukan, seperti misalnya, apakah individu dengan kepribadian tertentu lebih
cocok untuk melakukan suatu pekerjaan dibandingkan orang dengan kepribadian
lain? Masalah pada MBTI berasal dari dikotomi antara empat kategori utama yang
digunakannya. Misal, seseorang pasti adalah seorang introvert atau extrovert,
tidak ada titik tengah yang abu-abu di antara keduanya. "Hal ini menjadi
batasan, karena sebenarnya orang tidak dapat dikategorikan sepenuhnya pada satu
kategori, tapi terletak pada spektrum dimensi kepribadian dengan derajat yang
berbeda," jelas Michael Ashton, profesor psikologi dari Brock University,
Ontario. Ashton menjelaskan, sebagian besar orang terletak di tengah spektrum
tersebut, dan hanya sedikit di antaranya yang terletak dalam sudut ekstrim.
Dengan kategori dikotomis ini, hasil kepribadian yang sebenarnya menjadi kurang
akurat dan menghilangkan banyak nuansa kepribadian yang unik.
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwasannya hasil tes kepribadian MBTI tidak
akurat dan sangat mungkin terjadi kesalahan sehingga hasil tes sangat bertentangan
terhadap kepribadian manusia tersebut yang sesungguhnya. Hal ini tentu menjadi
mengkotakkan kepribadian manusia sehingga sifat asli si manusia yang telah
melihat hasil tes MBTI lambat laun pudar dan tidak menjadi dirinya sendiri.
Secara tidak sadar kemungkinan dapat terjadi manusia tersebut menyesuaikan
dirinya pada hasil tes kepribadiannya sehingga tidak menjadi dirinya sendiri
yang sesungguhnya. Hal ini tentu berpengaruh terhadap jiwa atau psikis manusia.
Maka dari itu, dibutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
ini.
2.
KAJIAN TEORI
2.1 Tes
Kepribadian MBTI
Kepribadian adalah keseluruhan sikap,
ekspresi, perasaan, tempramen, ciri khas dan juga prilaku seseorang. Sikap
perasaan ekspresi dan tempramen tersebut akan terwujud dalam tindakan seseorang
kalau di hadapkan kepada situasi tertentu. Tes psikologi atau psikotes atau tes
kepribadian adalah bidang yang ditandai dengan penggunaan sampel perilaku untuk
menilai konstruksi psikologis, seperti fungsi kognitif dan emosional, tentang individu tertentu.
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah
psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam
melihat dunia dan membuat keputusan. Psikotes ini dirancang untuk mengukur
kecerdasan individu, bakat, dan tipe kepribadian seseorang. MBTI merupakan
instrumen yang paling banyak digunakan.
MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak
1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan tipe kepribadian seseorang. MBTI merupakan instrumen yang
paling banyak digunakan. Telah diperbarui dan divalidasi secara ketat selama
lebih dari tujuh puluh tahun. MBTI didasari pada jenis dan preferensi
kepribadian dari Carl Gustav Jung, yang menulis Psychological Types pada tahun
1921. Tujuan dari MBTI adalah membuat teori tipe psikologis dijelaskan oleh Carl
Jung dapat dimengerti dan berguna dalam kehidupan
manusia. Sampai saat ini tes MBTI adalah tes kepribadian yang paling banyak
dipakai di dunia selain tes enneagram. Tes ini juga dipakai untuk mengetahui
karakter kepribadian karyawan perusahaan agar dapat ditempatkan pada
bidang-bidang yang membuat potensi karyawan tersebut optimal.
Dalam mengembangkan MBTI, Isabel Briggs Myers dan Katharine Briggs Myers membahas dua tujuan terkait dalam perkembangan dan penerapan instrumen
MBTI, yaitu:
2.
Identifikasi
dan deskripsi dari 16 tipe kepribadian yang merupakan hasil dari interaksi dan preferensi.
Dalam Tes MBTI ini,
ada empat dimensi kecenderungan sifat dasar manusia :
- Dimensi pemusatan perhatian: Introvert (I) vs. Ekstrovert (E)
- Dimensi memahami informasi dari luar: Sensing (S) vs. Intuition (N)
- Dimensi menarik kesimpulan & keputusan : Thinking (T) vs. Feeling (F)
- Dimensi pola hidup: Judging (J) vs. Perceiving (P)
Setiap tipe punya susunan
fungsi kognitif yang berbeda-beda. Ada delapan fungsi kognitif yaitu :
- Se (Extroverted Sensing)
- Si (Introverted Sensing)
- Ne (Extroverted Intuition)
- Ni (Introverted Intuition)
- Te (Extroverted Thinking)
- Ti (Introverted Thinking)
- Fe (Extroverted Feeling)
- Fi (Introverted Feeling)
Berdasarkan dimensi dasar
tersebut dihasilkan 16 tipe kepribadian manusia yang merupakan kombinasi dari 4 dimensi
dasar tersebut. Kombinasi kepribadian MBTI ini adalah :
- ESTJ: Extrovert, Sensing, Thinking, Judging
- ENTJ : Extrovert, Intuition, Thinking, Judging
- ESFJ : Extrovert, Sensing, Feeling, Judging
- ENFJ : Extrovert, Intuition, Feeling, Judging
- ESTP : Extrovert, Sensing, Thinking, Perceiving
- ENTP : Extrovert, Intuition, Thinking, Perceiving
- ESFP : Extrovert, Sensing, Feeling, Perceiving
- ENFP : Extrovert, Intuition, Feeling, Perceiving
- INFP : Introvert, Intuition, Feeling, Perceiving
- ISFP : Introvert, Sensing, Feeling, Perceiving
- INTP : Introvert, Intuition, Thinking, Perceiving
- ISTP : Introvert, Sensing, Thinking, Perceiving
- INFJ : Introvert, Intuition, Feeling, Judging
- ISFJ : Introvert, Sensing, Feeling, Judging
- INTJ: Introvert, Intuition, Thinking, Judging
- ISTJ : Introvert, Sensing, Thinking, Judging
2.2 Teori Cap Labeling
Labeling merupakan salah satu hal yang menyebabkan
kebingungan pada remaja yang menjadi satu dari macam
macam psikologi khusus. Teori
labeling ini lahir karena inspirasi dari perspektif interaksionisme simbolik
yang kemudian berkembang lewat riset dan pengujian dalam bidang kriminolog,
kesehatan, pendidikan dan juga kesehatan mental.
Menurut
Lemert (dalam Sunarto, 2004) Teori Labeling adalah penyimpangan yang disebabkan
oleh pemberian cap atau label dari masyarakat kepada seseorang yang kemudian
cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut.
Dalam konsep teori
labeling ini lebih menekankan pada 2 hal yakni menjelaskan permasalahan tentang
mengapa dan bagaimana individu diberikan label. Sedangkan yang kedua adalah
pengaruh dari label sebagai suatu konsekuensi dari perbuatan yang sudah
dilakukan oleh pelaku kejahatan tersebut.
Sedangkan Edwin Lemert
[1950] memberi perbedaan tentang konsep teori labeling yakni primary deviance
dan juga secondary deviance. Primary deviance lebih ditujukan pada perbuatan
penyimpangan tingkah laku awal. Saat label negatif ini diterapkan dengan umum
dan kuat yang kemudian menjadi bagian identitas individu, maka diistilahkan
Lemert menjadi penyimpangan sekunder yang dapat menimbulkan tanda tanda stress pada individu yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Martina Rini S. Tasmin, SPsi. Dalam teori labelling ada
satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan “seseorang yang
diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang
devian akan menjadi devian”.
Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut “anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel”. Atau penerapan lain “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh”. Bisa juga seperti ini “Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar”.
Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut “anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel”. Atau penerapan lain “anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh”. Bisa juga seperti ini “Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar”.
Hal ini berkaitan dengan
pemikiran dasar teori labelling yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel
seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita
berikan, sehingga orang tersebut cenderung mengikuti label yang telah
ditetapkan kepadanya.
Salah
satu contoh ialah cap yang diberikan masyarakat pada remaja yang dianggap
berperilaku menyimpang. Yang lebih parah, remaja tersebut sependapat pula
dengan persepsi demikian. Sehingga pola penyimpangan mereka diperkutat yang
mengakibatkan tidak mungkin bagi mereka untuk melepaskan diri dari pola
penyimpangan semacam itu. Sekali para remaja itu mempunyai citra diri sebagai
penyimpangan, maka mereka pun akan memilih teman-teman baru yang bisa
mempertebal citra diri mereka. Manakalah konsep diri itu semakin tertanam,
mereka pun bersedia mencoba penyimpangan baru yang lebih buruk.
Menurut para penganut teori labeling, banyak kenakalan remaja muncul karena cara penanggulangan sembrono dari pihak polisi, pengadilan dan petugas lainnya yang secara tidak sadar mengajar para remaja untuk memandang diri mereka sebagai anak nakal, serta berperilaku seperti anak nakal.
Namun kejadian tersebut bukannya proses yang selalu demikian; dengan kata lain, penyimpangan tidaklah selamanya seperti dicampakkan kebawah tanpa dapat berbuat apa-apa. Sang penyimpang tetap mempunyai pilihan. Maksudnya dalam proses menjadi seorang yang nakal, orang itu sendirilah yang menentukan arahnya.
Menurut para penganut teori labeling, banyak kenakalan remaja muncul karena cara penanggulangan sembrono dari pihak polisi, pengadilan dan petugas lainnya yang secara tidak sadar mengajar para remaja untuk memandang diri mereka sebagai anak nakal, serta berperilaku seperti anak nakal.
Namun kejadian tersebut bukannya proses yang selalu demikian; dengan kata lain, penyimpangan tidaklah selamanya seperti dicampakkan kebawah tanpa dapat berbuat apa-apa. Sang penyimpang tetap mempunyai pilihan. Maksudnya dalam proses menjadi seorang yang nakal, orang itu sendirilah yang menentukan arahnya.
2.3 Psikologis Manusia
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi
mental manusia secara ilmiah. Para praktisi dalam bidang psikologi
disebut para psikolog. Para psikolog berusaha mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku
individu maupun kelompok, selain juga mempelajari tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku.
“Psikologi” berasal dari perkataan yunanipsyche yang artinya adalah jiwa, dan logosyang artinya ilmu pengetahuan. Jadi
secara etimologi {menurut kata} psikologi artinya adalah ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar
belakangnya.
Menurut Edwin G. Boring dan
Herbert S. Langfeld, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat
manusia. Sedangkan emnurut KBBI, /psi·ko·lo·gis/ berkenaan dengan psikologi; bersifat
kejiwaan: kegugupanmu itu jelas disebabkan oleh faktor-faktor. Psikologi
artinya suatu ilmu yang mempelajari kejiwaan manusia.
Sedangkan psikologis merupakan keadaan jiwa seseorang.
Psikologi adalah ilmunya, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang jiwa atau perilaku manusia. Psikologis adalah persamaan
kata dari psikis, mental, atau jiwa. Manusia itu terdiri dari dua bagian. Yaitu
: (1) fisik dan (2) psikis atau psikologis.
Fisik merupakan kata lain dari raga, tubuh, atau badan. Jadi, segala hal yang bisa kamu tangkap dengan panca indera kita. Termasuk organ dalam tubuh. Sedangkan, psikis atau psikologis merupakan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh panca indera. Psikis merupakan kata lain dari jiwa, mental, atau psikologis. Contoh psikis ialah perilaku, isi pikiran, alam perasaan, kebiasaan, dan pengetahuan.
Fisik merupakan kata lain dari raga, tubuh, atau badan. Jadi, segala hal yang bisa kamu tangkap dengan panca indera kita. Termasuk organ dalam tubuh. Sedangkan, psikis atau psikologis merupakan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh panca indera. Psikis merupakan kata lain dari jiwa, mental, atau psikologis. Contoh psikis ialah perilaku, isi pikiran, alam perasaan, kebiasaan, dan pengetahuan.
3.
METODE
PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data :
a.
Studi
Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mencari, membaca,
dan mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen berupa buku yang berkaitan dengan
tes kepribadian menggunakan metode Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) seperti
buku berjudul “Mastering People Skill With MBTI”, artikel-artikel tentang tes kepribadian,
dan literatur-literatur tugas akhir yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas.
b.
Metode
Interview
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara atau bertanya
langsung kepada pakar yang ahli untuk mendapatkan informasi dalam hal ini
manager HRD PT. Winata Putra Mandiri yang berlaku juga sebagai Psikolog yaitu
Ibu Yeni Febriyanti, S.Psi dan Bapak Lucky Firnandy Majanto, S.Psi. Selain itu,
saya melakukan wawancara pada lima orang responden dengan latar belakang yang
berbeda-beda sebagai data penelitian saya.
c.
Browsing
Tujuannya, pengumpulan data atau informasi dengan cara pencarian
data-data atau informasi-informasi yang berhubungan dengan materi yang
dibutuhkan untuk menunjang penelitian, seperti yang terdapat pada www.psikologi.com, pada website tersebut terdapat banyak
artikel yang berhubungan dengan tes kepribadian.
4.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai tes kepribadian MBTI :
1. Tidak Pernah Teruji dalam Eksperimen yang Terkontrol
Ronald E. Riggio menulis
kritik terhadap tes MBTI dengan menggaris bawahi kekurangan utama dari tes ini,
bahwa MBTI didasarkan pada teori yang tidak pernah teruji dalam eksperimen yang
terkontrol. Teori kepribadian Jung selain didasarkan oleh pengamatan klinis,
juga banyak didasari oleh mitologi dan hal mistis lainnya yang sulit dibuktikan
secara ilmiah.
2. Masalah Validitas dan Reabilitas
Hal lain menurut tulisan
Riggio adalah banyak masalah validitas dan reliabilitas dalam alat tes ini,
yang diperburuk dengan sedikit berkembangnya alat ukur ini sejak awal dibuatnya
di tahun 1940. Masalah validitas dan reliabilitas ini juga merupakan hasil
penelitian David J. Pettinger di tahun 2005, yang mengambil kesimpulan bahwa
walaupun alat tes ini menawarkan kemudahan dan daya tarik lainnya, MBTI belum
bisa mendukung klaim yang ada mengenai alat tes ini.
3. Masalah Label Kepribadian
Hal lain yang banyak
dikritik dari alat ukur ini adalah bahwa tidak ada manusia yang murni satu atau
tipe kepribadian lain. Jung sendiri mengatakan bahwa tidak ada individu yang
murni introvert dan ekstrovert, dan bahwa mereka yang murni satu atau lainnya
“merupakan orang gila yang seharusnya ada di rumah sakit jiwa”. MBTI mendorong
kita untuk memilih satu atau tipe kepribadian lain untuk membentuk sebuah tipe
kepribadian yang dibentuk oleh empat huruf, dan hal ini tidak akurat untuk
menggambarkan kompleksnya manusia.
"Banyak penelitian di
luar sana yang mengatakan bahwa MBTI tidak bisa memprediksi perilaku secara
konsisten. Secara psikometri, konstruksinya juga aneh," kata Ronald
Riggio, seorang Doktor Bidang Psikologi dari University of California,
Riverside, dan saat ini mengajar di Claremont McKenna College. "Pertama
kali saya melihat tes MBTI, saya kira itu bikinan mahasiswa baru, soalnya kacau
banget konstruksi pertanyaannya."
Ketidaksukaan Riggio
terhadap tes ini diamini oleh banyak orang dari komunitas psikolog profesional.
Seorang spesialis tes kepribadian, Robert Hogan menyebut MBTI "tidak beda
jauh dengan ramalan," dalam bukunya Personality
and the Fate of Organizations. Adam Grant, seorang psikolog dari University of
Pennsylvania juga mengatakan "tidak ada bukti bahwa tes MBTI akurat."
Grant menyimpulkan MBTI tidak memiliki "kemampuan prediktif terhadap
kondisi psikologis seseorang," sama sekali. David J. Pittenger, asisten
profesor yang pernah meneliti MBTI di University of Indiana dalam sebuah paper
awal 90an menulis tanpa tedeng aling-aling bahwa, "tidak ada bukti jelas
bahwa ada 16 kategori unik ini dapat menjelaskan semua kepribadian
manusia."
Keluhan utama tentang MBTI
adalah bagaimana tes tersebut bisa mengukur insting kognitif. Myers-Briggs
bekerja dalam binari—entah kamu masuk kategori judging (bertindak cepat, dan
terorganisir) atau perceiving (lebih terbuka, toleran dan mudah beradaptasi),
intuitive (menggunakan insting) atau sensing (menggunakan logika)—yang
memasukkan peserta ke dalam kategori berdasarkan jawaban mereka. Masalahnya,
ini tidak melambangkan kompleksnya kepribadian manusia, yang tidak bisa diukur
secara hitam dan putih. Kebanyakan orang berada di area tengah-tengah, dan
inilah prinsip dasar yang MBTI gagal untuk mengerti.
"Untuk introversion
dan extroversion, kamu diberikan huruf 'I' atau 'E'. Dan karena tesnya bersifat
benar/salah, tidak banyak variasi yang bisa terjadi," jelas Riggio.
"Tes kepribadian yang lain mengukur kepribadian sebagai sebuah kontinum.
Mereka bisa mengatakan, 'Kamu agak I,' atau ,'Kamu ada di tengah-tengah,' atau,
'Kamu agak E.'"
Riggio juga tidak terlalu
menganggap hasil penelitian Carl Jung, karena ya Carl Jung bukanlah seorang
peneliti. Jung muncul dari era psikologi Freudian, yang lebih bersifat meratapi
kondisi manusia dan bukan sains. "Teori Jung tidak dianggap solid,"
jelasnya. "Dia bukan seorang yang empiris. Dia tidak mengumpulkan
data."
Lalu penyebab MBTI begitu populer
karena mereka deksripsi yang mempesona bagi setiap kepribadian. Tidak ada unsur
negatif di 16personalities.com. Semua kalimat mengandung optimisme—lengkap
dengan sub-kategori menjabarkan persahabatanmu, hubungan romantis, kesempatan
karir, dan kebiasaan di lingkungan kerja. Bahkan ada pilihan profile premium
berbayar yang menjanjikanmu cara untuk "menyayangi semua orang berdasarkan
kualitas positifmu dan cara memanfaatkan kelemahan kita."
"Deskripsi dasarnya
semua ditulis secara positif," jelas Riggio. "Psikologis menyebut ini
Barnum Effect. Barnum Effect mengatakan ketika kamu menulis sesuatu yang sangat
umum (bisa diterapkan ke semua orang), mereka akan terdengar benar. Justru
hal-hal yang serba positif dan generik akan menyebabkan orang berucap, 'Wah
gila ini bener banget—ini gue banget.'" Intinya tes MBTI tidak beda jauh dengan
hororskop.
Tapi ya ada juga beberapa
orang dalam komunitas psikolog yang menggunakan tes Myers-Briggs, terutama kamu
hendak memperkerjakan seseorang. John Johnson, seorang psikolog kepribadian di
Pennsylvania State University mengatakan biarpun MBTI memang gagal
menggambarkan kompleksitas spektrum luas introversion/extroversion, misalnya,
masalah ini juga menimpa evaluasi-evaluasi kepribadian lainnya.
"Ketika kamu hendak
membuat keputusan berdasarkan skor kepribadian, keputusan itu sudah pasti
bersifat binari atau kategoris," jelasnya. "Contohnya, apakah seorang
individu memiliki sifat kepribadian A, B, atau C yang cukup sesuai kebutuhan
pekerjaan? Kamu harus memutuskan mau memperkerjakan orang tersebut atau
tidak—tidak ada area abu-abu. Dalam kasus macam ini—entah tentang orang lain,
atau kamu sendiri—kamu dipaksa untuk memperlakukan spektrum kepribadian sebagai
tipe kategori."
Tetap saja, Johnson sadar
bahwa dia adalah bagian dari minoritas di komunitas psikolog. Tapi gakpapa—dia
memperjuangkan hak orang-orang awam seperti kita untuk menikmati diagnosis tes
kepribadian tanpa merasa bodoh. "Psikolog-psikolog akademis hampir secara
universal mengkritik MBTI dan tes-tes yang serupa karena tidak mengikuti
standar profesional penilaian psikologis," jelasnya. "Kontroversinya
disebabkan karena adanya psikolog akademis yang menolak MBTI, namun disisi lain
ada juga praktisi di bidang lain yang menggunakan MBTI dan menganggapnya
berguna."
Riggio mengakui hal ini.
"Kalau orang melakukan penelitian yang cukup, ya saya rasa gakpapa ngambil
MBTI buat eksplorasi diri," katanya. "Kalau orang jadi tertarik
dengan psikologi, ini kan efek yang positif."
Pada penelitian kali ini
saya mewawancarai empat orang responden dari latar belakang yang berbeda-beda,
diantaranya adalah berikut ini :
1. Latifa Nur Natasyabila (17 tahun),
Mahasiswi FKG UNEJ.
Hasil tes kepribadian MBTI : ISFJ
(Pembela).
Menurutnya hasil tersebut 80% benar
sesuai dengan kepribadian aslinya. Kesalahan hasil tes MBTI nya yaitu sangat
baik dalam berkomunikasi dan memiliki hubungan sosial yang kuat, memiliki
standar yang tinggi sehingga bekerja sangat keras. Menurut Latifa kesalahan
tersebut menjadi label pada dirinya sehingga Latifa tidak mau mengakui
kebenarannya dan merasa tidak menjadi dirinya sendiri. Namun baginya itu
berpengaruh positif terhadap dirinya karena secara tidak sadar dia harus
menyesuaikan diri dengan hasil tes nya sehingga bisa jadi seseorang yang sangat baik dalam berkomunikasi dan memiliki
hubungan sosial yang kuat, memiliki standar yang tinggi sehingga bekerja sangat
keras. Selain itu, Latifa tidak setuju dengan hasilnya bahwa dia keras kepala.
Menurutnya itu salah. Dalam menyikapi hal ini Latifa akan meminta saran pada
teman-temannya untuk mengatasi permasalahan ini.
2. Hadi Buyung (21 tahun), mahasiswa TI
POLIJE.
Hasil tes kepribadian MBTI : ESFJ (Konsul).
Menurutnya hasil tes ini hampir 51% benar.
Dia diantara setuju dan tidak setuju terhadap tes kepribadian MBTI ini. Meski
begitu, dia tidak begitu mempedulikan hasil tes MBTI tersebut karena menurutnya
itu hanyalah tes kepribadian online biasa. Jadi, tes ini sama sekali tidak
berpengaruh terhadap psikisnya. Apabila dia di judge mengenai hasil tes kepribadiannya
dia akan mengikuti mood nya waktu itu. Jika kala itu mood sedang baik dia
santai dan oke oke saja. Sedangkan bila mood sedang tidak baik dia baru
mengambil hati. Untuk menyikapi hal itu ia akan lebih banyak menyendiri dan
tidak mau diganggu, lalu introspeksi diri supaya mood membaik dan tidak larut
dalam kepedihan.
3.
Dwi Putri
Ningrum (18 tahun), mahasiswi BTP POLIJE.
Hasil tes kepribadian MBTI : ESFP (Penghibur)
Menurutnya hasil tes ini 50% benar. ESFP memiliki kelemahan yaitu egois,
tidak sabar, dan sedikit gelisah. Menurut Putri dia memang merasa sedikit
egois. Namun dia akan merasa insecure apabila dijudge seorang yang egois, tidak
sabar, dan sedikit gelisah. Dia akan menentang dan tidak menerima itu meskipun
memang sedikit benar. Hal ini akan mempengaruhi dan mengganggu psikisnya.
Solusi untuk menghadapi permasalahan tersebut bagi Putri yaitu dengan cara
curhat dan meminta saran serta solusi pada orangtua atau teman dekatnya, untuk
mendapat motivasi dan supaya bangkit dari permasalahan tersebut.
4.
Elly Ulya Putri (18 tahun), mahasiswi PTH
POLIJE.
Hasil tes kepribadian MBTI : ESTJ (Eksekutif)
Menurut saudari Elly hasil tes MBTI tersebut benar 90% real. Elly kurang
setuju terhadap hasil tes nya jikalau ia harus berkuasa dan ambisius, menurutnya
itu bertentangan dengan kepribadiannya yang asli. Sejatinya, ia hanya ingin
menjadi seorang teladan, bukan menjadi penguasa. Akan tetapi, setelah berpikir
lebih dalam Elly merasa bahwa dirinya memang suatu saat harus menjadi penguasa,
sebab dia adalah anak pertama dari ketiga adiknya. Sehingga ia mau tak mau
harus memimpin adik-adiknya dan berkuasa. Jadi, ia justru terbantu dan
tersadarkan sebab hasil tes kepribadian MBTI tersebut. Pada intinya, Elly
merasa sangat puas pada hasil tes tersebut, dan membuat Elly mengerti apa yang
harus ia lakukan kedepannya.
Berdasarkan hasil interview
tersebut dapat disimpulkan bahwa cap labeling berbasis hasil tes kepribadian
MBTI memang berpengaruh terhadap psikologis atau psikis manusia. Entah itu pengaruh
positif maupun negatif. Pengaruh positifnya berupa lebih mengetahui secara
mendalam mengenai karakter pribadi, lebih mengenal diri sendiri, sadar akan
kesalahan yang ada di dalam diri, bisa menjadi pribadi yang lebih baik sebab
menyesuaikan diri pada sifat positif pada hasil tes kepribadian yang seharusnya
melekat pada dirinya atau memperbaiki diri dan memberi motivasi, serta
mengetahui apa yang harus dilakukan kedepannya. Sedangkan pengaruh negatifnya
yaitu tidak menjadi diri sendiri, tidak mau jujur akan identitas kepribadiannya
(tidak mengakui sifatnya yang sebenarnya, tapi mengatakan sifatnya berdasarkan
apa yang ia pribadi inginkan), dapat terjadi manipulasi self-assesment, dapat
menjadi akar perpecahan sebab adanya pelabelan terhadap pergaulan, terjadi
streotipe, menutup potensi seseorang, merasa insecure, psikis dan mental
terganggu sebab adanya judgement dan pelabelan yang salah dari orang-orang.
Serta, hasil tes MBTI ini banyak disalahgunakan untuk melabelkan hingga
menjustifikasi karakter orang lain atau mempetak-petakkan karakter orang. Hal
ini bisa berujung pada stres berat atau bahkan lebih parah lagi apabila tidak
segera ditangani dengan tepat.
Solusi dari
pengaruh-pengaruh negatif tersebut diantaranya yaitu bisa dengan lebih banyak
menyendiri dan tidak mau diganggu, lalu introspeksi diri supaya mood membaik
dan tidak larut dalam kepedihan. Jangan menganggap hasil tes kepribadian MBTI
terlalu serius. Bisa konsultasi ke psikolog secara langsung untuk menangani
masalah ini, curhat dan meminta saran serta solusi pada orangtua atau teman-teman
untuk mendapat motivasi dan supaya bangkit dari permasalahan tersebut.
5.
KESIMPULAN
MBTI
merupakan instrument pengembangan kepribadian berlandaskan theory psikologi
Jung yang merupakan teori psikology sebagai hasil subjectifitas melalui
interpretasi-interpretasi Jung terhadap fenomena dan symbol-simbol yang menjadi
ketertarikan dan keyakinan Jung pada saat itu. Jung dalam
menginterpretasikan fenomena dan symbol-simbol berlandaskan pada
penemuan-penemuan astrology dan alchemy zaman sebelum masehi, empodecles,
hipocrates dan peninggalan ukiran-ukiran kayu bangsa jerman. MBTI sebagai
instrument kepribadian yang berdasarkan teori Jung masih dipertanyakan
keberadaannya ditengah masyarakat modern (Case & Phillipson, 2004).
Cap labeling
berbasis hasil tes kepribadian MBTI memang berpengaruh terhadap psikologis atau
psikis manusia. Entah itu pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positifnya
berupa lebih mengetahui secara mendalam mengenai karakter pribadi, lebih
mengenal diri sendiri, sadar akan kesalahan yang ada di dalam diri, bisa
menjadi pribadi yang lebih baik sebab menyesuaikan diri pada sifat positif pada
hasil tes kepribadian yang seharusnya melekat pada dirinya atau memperbaiki
diri dan memberi motivasi, serta mengetahui apa yang harus dilakukan
kedepannya. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu tidak menjadi diri sendiri,
tidak mau jujur akan identitas kepribadiannya (tidak mengakui sifatnya yang
sebenarnya, tapi mengatakan sifatnya berdasarkan apa yang ia pribadi inginkan),
dapat terjadi manipulasi self-assesment, dapat menjadi akar perpecahan sebab
adanya pelabelan terhadap pergaulan, terjadi streotipe, menutup potensi
seseorang, merasa insecure, psikis dan mental terganggu sebab adanya judgement
dan pelabelan yang salah dari orang-orang. Serta, hasil tes MBTI ini banyak
disalahgunakan untuk melabelkan hingga menjustifikasi karakter orang lain atau
mempetak-petakkan karakter orang. Hal ini bisa berujung pada stres berat atau
bahkan lebih parah lagi apabila tidak segera ditangani dengan tepat.
Solusi dari
pengaruh-pengaruh negatif tersebut diantaranya yaitu bisa dengan lebih banyak
menyendiri dan tidak mau diganggu, lalu introspeksi diri supaya mood membaik
dan tidak larut dalam kepedihan. Jangan menganggap hasil tes kepribadian MBTI
terlalu serius. Bisa konsultasi ke psikolog secara langsung untuk menangani
masalah ini, curhat dan meminta saran serta solusi pada orangtua atau
teman-teman untuk mendapat motivasi dan supaya bangkit dari permasalahan
tersebut.
6.
DAFTAR
PUSTAKA
[2] https://kbbi.web.id/psikologis, akses
November 2019
[3] https://widdy.weebly.com/blog/sekilas-tentang-teori-labelling,
akses November 2019
[5] http://www.pengertianku.net/2014/06/pengertian-kepribadian-secara-umum.html, akses November 2019
[8] https://www.kompasiana.com/irfandharmawan/54f987e7a33311d0588b4936/apa-pengertian-psikologi-itu, akses November 2019
[9] https://dosenpsikologi.com/teori-labeling-dalam-psikologi,
akses November 2019
[10] Essig, T., (2014, 29 September). “The Mysterious
Popularity of the Meaningless Myers-Briggs (MBTI)”. Forbes.
[11] Riggio, R.E., (2014, 21 Februari). “The Truth
About Myers-Briggs Types”. Psychology Today.
[12] Pittenger, D.J. (2005). Cautionary comments regarding
the Myers-Briggs Type Indicator. Consulting Psychology Journal:
Practice and Research, 57(3), 210-221.
“Why is the MBTI widely used?”.
[13] Stormberg, J., Caswell, E., (2015, 8 Oktober).
“Why the Myers-Briggs test is totally meaningless”. Vox.
[14]https://www.vice.com/id_id/article/j5g8bk/tes-kepribadian-myers-briggs- sebetulnya-cuma-omong-kosong, akses November 2019
[15]https://murenzonio.blogspot.com/2019/01/tes-kepribadian-alat-mengenali
atau.html, akses November 2019
[16] Carl
Gustav Jung (1971). “Collected Works of C.G Jung”.6. Princeton
Unicersity Press.
[17]
Priebe, Heidi. (2015). “If You’re Confused about Yours Myers Briggs Personality
Type, Read This: An Intro to Cognitive Functions.” Diakses November 2019
Komentar
Posting Komentar